Pengembangan Model Semantik Ontologi Pada Domain Kendang Bali
Abstrak
Alat musik tradisional merupakan salah satu wujud representasi identitas budaya dari tiap-tiap daerah. Alat musik tradisional diciptakan dalam bentuk dan fungsi yang berbeda-beda dalam setiap penggunaannya. Kegiatan memainkan alat musik tradisional bagi masyarakat merupakan salah satu bentuk kesenian yang lahir dari dalam diri. Kesenian itu sendiri merupakan salah satu warisan budaya, yang lebih dikenal dengan kesenian daerah yang secara turun temurun diwariskan. Alat musik tradisional memiliki ciri khasnya masing-masing seperti contoh alat musik Kendang Bali. Kendang bali merupakan salah satu instrumen musik yang sangat erat kaitannya dengan seni karawitan. Seni karawitan secara singkat adalah seni suara dengan mengolah bunyi benda atau alat musik (instrumen) secara gamelan tradisional. Kendang dimainkan dengan cara ditepak menggunakan telapak tangan. Instrumen kendang termasuk ke dalam golongan madya, yang berfungsi sebagai pemimpin dari sebuah barungan gamelan. Di Bali instrumen kendang biasanya dimainkan secara berpasangan dan individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan wadon. Di era yang serba digital seperti sekarang ini banyak masyarakat khususnya masyarakat Bali hanya sebatas mengenal istilah kendang bali tanpa mengetahui jenis atau makna lain yang terkandung di dalamnya. Seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat yg lebih tertarik dengan alat musik modern sehingga alat musik tradisional perlahan mulai dilupakan. Penggunaan ontologi sebagai teknik dokumentasi atau representasi ini menjadi solusi dalam permasalahan ini, Ontologi dalam web semantik adalah sebuah katalog dimana skema yang dibuat menggunakan ontologi. Ontologi diperlukan karena berguna untuk meningkatkan pengembangan aplikasi web semantic. Ontologi untuk warisan budaya daerah Bali, instrumen atau gamelan Bali khususnya Kendang Bali, dapat digunakan untuk mendokumentasikan dan merepresentasikan pengetahuan yang melingkupi domain Kendang Bali dan juga membuat pengetahuan tentang Kendang Bali tidak hanya secara tacit namun secara eksplisit.
Referensi
[2] C. Pramartha and J. G. Davis. (2016) “Digital preservation of cultural heritage: Balinese Kulkul artefact and practices,” Lect. Notes Comput. Sci. (including Subser. Lect. Notes Artif. Intell. Lect. Notes Bioinformatics), vol. 10058 LNCS, no. October, pp. 491–500, 2016, doi: 10.1007/978-3-319-48496-9_38.
[3] . C. R. A. Pramartha. (2018). “Assembly the Semantic Cultural Heritage Knowledge,” J. Ilmu Komput., vol. 11, no. 2, p. 83, 2018, doi: 10.24843/jik.2018.v11.i02.p03.
[4] M. Fernandez, A. Gómez-Pérez, and N. Juristo. (1997). “Methontology: from ontological art towards ontological engineering,” Proc. AAAI97 Spring Symp. Ser. Ontol. Eng., no. May 2014, pp. 33–40, 1997, [Online]. Available: http://speech.inesc.pt/~joana/prc/artigos/06c METHONTOLOGY from Ontological Art towards Ontological Engineering - Fernandez, Perez, Juristo - AAAI – 1997.
[5] M. Yani. (2016). “Implementasi Teori Refinement pada Pengkomposisian Soal pada Game berbasis Web Semantik” Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, vol. 5, no, 4, 272-277,