Studi Komparatif Efektivitas Seftriakson dibanding Kombinasi Seftriakson-Metronidazole dan Sefuroksim-Metronidazole pada Pasien Apendisitis yang Menjalani Apendiktomi
Abstrak
Apendisitis atau inflamasi pada usus buntu masih memiliki tingkat kejadian yang relatif tinggi di Indonesia yaitu mencapai 3236 kasus pada 2103 dan 4351 kasus pada 2014. Penggunaan antibiotik pada apendisitis diberikan untuk mencegah surgical site infection (SSI) pasca apendiktomi. Golongan sefalosporin seperti seftriakson dan sefuroksim seringkali digunakan dalam bentuk tunggal maupun dalam kombinasi dengan imidazol seperti metronidazol. Studi ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas antibiotik pada apendisitis akut non perforasi dari parameter lama hari rawat, status pulang, prevalensi munculnya SSI. Observasi analitik dilakukan secara retrospektif pada rekam medis pasien apendisitis akut dengan kode ICD k35.8 dalam periode tahun 2018. Sebanyak 39 rekam medis pasien apendisitis akut telah dianalisis. Dari jumlah tersebut, 25 orang menerima terapi tunggal seftriakson, 5 orang menerima kombinasi seftriakson-metronidazol dan 9 orang menerima kombinasi sefuroksim-metronidazol. Seluruh antibiotik diberikan secara inravena yang diberikan sebagai profilaksis hingga pasca apendiktomi. Rata-rata lama hari rawat dari ketiga regimen menunjukkan kombinasi Sefuroksim-metronidazol memiliki lama hari rawat paling singkat (3,00 + 0,50 hari) sedangkan dalam status pulang terapi tunggal seftriakson paling banyak dinyatakan sembuh (64,00%). SSI hanya ditemukan pada pasien yang menerima terapi tunggal seftriakson (2,00%). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dalam rata-rata lama hari rawat dan status pulang antar tiga regimen terapi (p-value 0,000; p-value 0,001). Terapi tunggal seftriakson maupun kombinasi sefuroksim-metronidazol dan seftriakson-metronidazol dirasa efektif untuk sebagai antibiotik profilaksis dan pasca apendiktomi pada apendisitis akut. Namun terkait perbedaan lama hari rawat yang signifikan, pemilihan antibiotik lebih lanjut lebih baik disertai perbandingan efektifitas dan biaya terapi.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
[2] B. Dogra, “Acute Appendicitis: Common Surgical Emergency” Medical Journal of Dr.D.Y.Patil Vidyapeeth, vol 7, no. 6,p.749-752,2014.
[3] F. Zulfikar, P.S. Budi dan Wiratmo, “Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks di Instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2013” E-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3, no. 1, p. 44-49, 2015.
[4] P. Lemone, Buku ajar keperawatan medical bedah, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 2011, pp 833-834.
[5] A. Alkaaki, O.O. Al-Radi, K. Ahmad, A. Alnnawawi, A. Alnawawi, A.Maghrabi, A. Altaf, M. Aljiffry, “Surgical Site Infection Following Abdominal Surgery: A Prospective Cohort Study” Canadian Journal of Surgery, vol. 62, no.2, p.111-117, 2019.
[6] I. Fahrizal, “Perbandingan Pemakaian Ceftriaxone terhadap Infesi Luka Operasi pada Pasien Appendicitis Akut non Komplikata yang dilakukan Laparatomi dan Laparaskopi Apendiktomi” Jurnal Kedokteran Diponegoro. vol. 5, no. 4, p.1007-1012, 2016.
[7] M. I. Hussain, M. Alam, Khurshid, “Role of Postoperative Antibiotics after Appendectomy in Non-Perforated Appendicitis” Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan, vol. 22, no. 12, p.756-759, 2012.
[8] K.Daskalakis, C. Juhlin, dan L. Påhlman, “The Use of Pre- or Postoperative Antibiotics in Surgery for Appendicitis : A Systematic Review”, Scandinavian Journal of Surgery, vol.103, p14–20, 2013.
[9] P. Amaral, E. M.A. Filho, T.D. Galvao, E. E. Junior, G. E. J. M. Neto, F. Mascarenhas, dan E. Fahel, “Factors Leading to Long-Term Hospitalization After Laparoscopic Appendectomy”, Journal of the Society of Laparoendoscopic Surgeous, vol.2006, no. 10, p.355-358, 2006.
[10] A. Koirala, D. Thakur, S. Agrawal, B.L Chaudhary, dan S.Poudal, “Surgical Site Infection in Laparoscopic Versus Open Appendictomy”, Journal of Nobel Medical College, vol. 7, no. 13, p. 39-43, 2018.
[11] M. Rafiq, M. M. Khan, A. Khan, dan H. Jan, “Evaluation of Postoperative Antibiotics after Non-perforated Appendictomy”, J Pak Med Asssoc, vol. 65, no. 8, p. 815-817, 2015.
[12] N. Poluan, J. Penelewen, E.P. Sitanggang, “Analisis Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO) di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Kota Manado”, Paradigma, vol. 1, no.5, p. 12-27, 2016.
[13] C.Y. Chen, Y.C. Chen, H.N. Pu, C.H. Tsai, W.T. Chen, dan C.H. Lin, “Bacteriology of Acute Appendicitis and Its Implication for the Use of Prophylactic Antibiotics”, Surgical Infection, vol. 13, no. 6, p.383-390, 2012.