Review: Mekanisme Aksi, Keamanan, dan Potensi Penggunaan Fenitoin untuk Terapi Epilepsi dan Pengobatan Selain Epilepsi
Abstrak
Obat antiepilepsi fenitoin telah menjadi pilihan pertama untuk pengobatan kejang sejak diluncurkan pada tahun 1930-an. Mekanisme utama fenitoin adalah stabilisasi membran sel saraf melalui penghambatan saluran natrium sehingga mengurangi depolarisasi neuron yang berlebihan. Review ini bertujuan untuk menjelaskan cara kerja, keamanan dan tolerabilitas fenitoin, serta efek samping dan kontraindikasinya. Penelusuran literatur dilakukan secara terkomputerisasi terhadap artikel-artikel ilmiah yang relevan melalui Pubmed, ScienceDirect, ResearchGate dan Google Scholar. Pencarian literatur juga dilakukan secara manual dari daftar referensi artikel asli untuk menemukan artikel tambahan yang sesuai. Beberapa studi klinis yang dirangkum dalam artikel ini memberikan wawasan tentang bagaimana fenitoin bermanfaat untuk mengobati penyakit selain epilepsi. Fenitoin tidak hanya bermanfaat untuk pengendalian kejang, tetapi juga mempunyai efek neuroprotektif pada neuritis optik akut, dan dapat digunakan untuk mengobati nyeri neuropatik, serta gangguan stres pasca-trauma. Meski demikian, fenitoin termasuk dalam obat dengan rentang terapi sempit sehingga pemakaiannya harus hati-hati. Pemahaman ini penting untuk meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi risiko yang terkait dengan penggunaan fenitoin.
Kata kunci: antiepilepsi; fenitoin; gangguan stres pasca-trauma; indeks terapi sempit; neuroprotektor; nyeri neuropatik
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Bremner, J. D., et al. (2005). Effects of phenytoin on memory, cognition and brain structure in post-traumatic stress disorder: a pilot study. J Psychopharmacol, 19(2), 159-65. https://doi.org/10.1177/0269881105048996
Bremner, J. D., et al. (2004). Treatment of posttraumatic stress disorder with phenytoin: an open-label pilot study. J Clin Psychiatry, 65(11), 1559-64. https://doi.org/10.4088/ jcp.v65n1120
Brodie, M. J., Dichter, M. A., & Johannessen, S. I. (2013). Antiepileptic drugs. New England Journal of Medicine, 369(17), 1682-1683.
K, Fithri. A., & Sutarni, S. (2022). Hubungan antara antara Polimorfisme SCN1A dengan Respons Terapi pada Pasien Epilepsi dengan Fenitoin. Disertasi.
Kopsky, D. J., & Hesselink, J.M.K. (2017). Topical phenytoin for the treatment of neuropathic pain. Journal of Pain Research, 10, 469–473. https://doi.org/10.2147/JPR.S129749
Löscher, W. (2016). Fit for purpose application of currently existing animal models in the discovery of novel epilepsy therapies. Epilepsy Res, 126, 157-184. https://doi.org/10.1016/j.eplepsyres.2016.05.016
Patsalos, P. N., Berry, D. J., Bourgeois, B. F., Cloyd, J. C., Glauser, T. A., Johannessen, S. I., Tomson, T., & Perucca, P. (2008). Antiepileptic Drugs-Best Practice Guidelines for Therapeutic Drug Monitoring: Position Paper of the ILAE Therapeutic Strategy Committee Therapeutic Drug Monitoring Subcommittee. Epilepsy, 49(7), 1239-1276. https://doi.org/10.1111/j.1528-1167.2008.01561.x
Pires, P. C., Peixoto, D., Teixeira, I., Rodrigues, M., Alves, G., Santos, A. O. (2020). Nanoemulsions and thermosensitive nanoemulgels of phenytoin and fosphenytoin for intranasal administration: Formulation development and in vitro characterization. European Journal of Pharmaceutical Sciences, 141. https://doi.org/10.1016/j.ejps.2019.105099
Putri S. D., Pratiwi, R. I., & Prastiwi, R. S. (2020). Gambaran Penggunaan Fenitoin Sebagai Pengobatan Epilepsi di Apotek Saras Sehat. Karya Tulis Ilmiah
Raftopoulos, R., Hickman, S. J., Toosy, A., Sharrack, B., Mallik, S., Paling, D., et al. (2016). Phenytoin for neuroprotection in patients with acute optic neuritis: a randomised, placebo-controlled, phase 2 trial. The Lancet Neurology, 15(3), 259-269. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(16)00004-1
Ruslami, R., & Bisri, T. (2016). Penggunaan Obat Anti Epilepsi untuk Terapi Profilaksis Bangkitan pada Cedera Otak Traumatik. Jurnal Neuroanestesi Indonesia, 5(1), 77-85
Tedyanto, E. H., Chandra, L., & Adam, O. M. (2020). Gambaran Penggunaan Obat Anti Epilepsi (OAE) pada Penderita Epilepsi Berdasarkan Tipe Kejang di Poli Saraf Rumkital DR. Ramelan Surabaya. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 9(1), 77-84.
Vondracek, S. F., Teitelbaum, I., & Kiser, T. H. (2021). Principles of Kidney Pharmacotherapy for the Nephrologist: Core Curriculum 2021. Am J Kidney Dis, 78(3), 442-458. https://doi.org/10.1053/ j.ajkd.2021.02.342
Zaccara, G., & Perucca, E. (2014). Interactions between antiepileptic drugs, and between antiepileptic drugs and other drugs. Epileptic Disord, 16(4), 409-31. https://doi.org/10.1684/epd.2014.0714. PMID: 25515681
Zaino, B., Goel, R., Devaragudi, S., Prakash, A., Vaghamashi, Y., Sethi, Y., et al. (2023). Diabetic neuropathy: Pathogenesis and evolving principles of management. Disease-a- Month, 69(9). https://doi.org/10.1016/j.disamonth.2023.101582
Zhang, X., Cao, B., Yan, N., Liu, J., Wang, J., Tung, V. O. V., Li, Y. (2013). Vagus nerve stimulation modulates visceral pain-related affective memory. Behav Brain Res, 236(1), 8-15. https://doi.org/10.1016/j.bbr.2012.08.027